Suasana pagi yang begitu sejuk,
udara yang begitu dingin, dan alarm yang berbunyi keras tiba-tiba
membangunkanku pagi itu. Seperti biasa aku melakukan aktivitas pagiku dengan
bermalas-malasan di atas ranjang empukku ketika hari libur.
Aku beruntung karena
aku dilahirkan dalam keluarga yang sangat berkecukupan. Kedua orang tuaku
berprofesi sebagai dokter. Orang tuaku sering memanggilku Raisa. Aku mempunyai
saudara kandung, dia bernama Mia. Mia adalah adik perempuanku, dia sangat
cantik, rambutnya hitam panjang dan
selalu tergerai. Tetapi sayang, dia mengalami kekurangan setelah kecelakaan
yang terjadi 2 tahun lalu saat kami sekeluarga akan liburan ke Bandung.
Beruntung karena
setelah kecelakaan itu tidak membuat tubuhnya lemah secara fisik hanya saja dia
tidak bisa melakukan banyak aktivitas. Mei masih bisa berjalan dan berbicara
walaupun terkadang masih suka kesulitan.
Terkadang
aku sering merasa malu dengan keadaan adikku yang seperti itu, bahkan aku tidak
pernah memperkenalkan adikku ke teman-temanku.
“Kak..kakak ma.. ma..kan dulu” ucap adikku dengan
terbata-bata.
“Kamu brisik banget sih dik! Sana makan sendiri,
kakak nggak napsu makan sama kamu!” jawabku marah sambil meninggalkan ruang
makan.
Aku
hanya dirumah dengan adikku dan simbok yang membantu pekerjaan kami untuk mengurus
segala sesuatu yang kami perlukan. Orang tua kami jarang sekali di rumah karena
sering di tugaskan untuk melayani masyarakat di luar kota.
...............
Bel
sekolah sudah berbunyi dan Raisa buru-buru masuk ke kelas. Pelajaran hari ini
gurunya ‘killer’ abis dan itu membuat
Raisa sangat parno kalo sampai telat di jam pelajaran pertama. Untungnya dia
tidak terlambat untuk mengikuti pelajaran.
Saat
istirahat aku melewati koridor sekolah dengan teman dekatku. Dia bernama Meyla.
Saat kami sedang asik mengobrol tiba-tiba bola basket melambung mengenai kepalaku dengan
kerasnya hingga aku tak sadarkan diri.
1 jam
aku tak sadarkan diri di ruang UKS, lalu aku terbangun melihat Meyla dan Ryan
yang sedang menunggu dan merawatku.
“Hei, kamu sudah sadar? Kamu tidak apa-apa? Apa
perlu aku bawa ke dokter sekarang?” tanya Ryan penuh khawatir.
“Oh.. nggak, aku nggak apa-apa kok. Nggak usah
dibawa ke dokter segala” jawab Raisa.
“Ehem ehem..” Meyla pura-pura batuk untuk memecahkan
suasana.
Raisa dan Ryan salah tingkah.
“Ya udah, aku balik ke lapangan kalo gitu, kalo
masih sakit bilang aja ke aku nanti aku antar ke dokter, ya udah aku duluan ya
udah di tunggu sama temen-temen” kata Ryan.
Jam
berlalu begitu cepat dan pelajaran berakhir. Ini yang di tunggu-tunggu Raisa,
terlepas dari penat rumus-rumus dan penjelasan membosankan di ruang kelas.
Seperti
biasa, sampai di rumah Raisa hanya
marah-marah dan memperlakukan adiknya dengan tidak baik.
“Kakak ma..mau bermain mo..monopoli denganku? Ayo
kak, ayo te..temani adik main” pinta Mia
dengan memelas.
“Minggir kamu, kakak nggak mau main sama kamu! Sana
main sendiri” bentak Raisa lalu pergi menuju ke kamar.
Tuhan,
aku dosa apa sih kok bisa punya adik seperti itu?
Batin Raisa kesal.
Tiba-tiba ponsel Raisa
berdering dan di ponsel itu terdapat pesan masuk permintaan maaf dan ajakan
untuk dinner sebagai permintaan maaf. Raisa bingung karena nomer itu tidak
terdaftar di daftar teleponnya.
Ternyata sms itu dari
Ryan yang melempar bola di kepalanya hingga membuat Raisa pingsan di sekolah
tadi siang.
“Oh ya, aku bisa kok. Dimana? Jam berapa?” balas
Raisa
“Di California Cafe, nanti jam 7 malem. Aku jemput
ya?” balas Ryan
Raisa
berpikir panjang saat itu, dia tidak ingin Ryan melihat dan mengetahui tentang
adiknya, Mia.
“Nggak usah di jemput, kita ketemuan aja nanti
disana” balas Raisa lagi.
“Oh ya udah kalo itu mau kamu. See u” balas Ryan
mengakhiri pesan singkat siang itu.
Jam sudah
menunjukkan jam 6 sore, Raisa sibuk berganti-ganti pakaian. Dia ingin tampil
berbeda di depan Ryan saat dinner nanti. Lalu tiba-tiba Mia masuk ke kamar
Raisa.
“Kak, ka..kakak mau kemana?” tanya Mia penasaran.
“Hei! Kamu ngapain masuk ke kamarku?! Nggak usah sok
pengin tau itu bukan urusanmu. Sana keluar!” bentak Raisa dan mendorong adiknya
keluar.
....
Setelah dinner malam
itu, Ryan dan Raisa semakin dekat hingga akhirnya mereka jadian. Meyla sahabat
Raisa juga ikut senang mendengar berita itu.
“Eh sa, nih ada undangan buat kamu. Ntar malem
dateng ya ke acara ulang tahunku. Ajak Ryan juga ya” kata Meyla.
“Oke nanti pasti aku dateng sama Ryan” jawab Raisa.
Siang
itu setelah pulang sekolah Raisa cepat-cepat pulang ke rumah untuk membongkar
tabungannya. Dia bingung harus memberi kado apa ke Meyla karena saat itu dia
kekurangan uang dan kedua orang tuannya juga masih di luar kota, belum memberi
uangan bulanan.
Mia bingung melihat
Raisa yang membongkar tabungannya itu. Mia mendekati dan bertanya “Apa yang
kakak lakukan? Kakak butuh uang? Mia ada uang kak, pa..pake aja uang Mia di
tabungan. Uang di tabungan Mia itu juga untuk kakak kalo kakak ulang tahun,
jadi kalo mau kakak pake juga tidak apa-apa kan nantinya juga buat kakak”
Wah
lumayan juga nih bisa buat nambahin uangku yang ada di tabungan untuk membeli
kado.
Batin Raisa
“Ya udah sini mana uangmu. Kakak pinjem dulu.. nanti
kalo kakak udah punya uang kakak ganti” jawab Raisa
Akhirnya Mia meminjami
uangnya dan Raisa bisa membeli kado untuk Meyla.
Ryan sudah siap di
depan rumah Raisa untuk berangkat ke ulang tahun Meyla.
Raisa menghampiri
adiknya yang sedang bermain boneka.
“Dek, kamu disini aja. Jangan keluar-keluar, diluar
ada temen kakak. Nanti kalo udah pulang kakak beliin kamu ice cream” kata Raisa.
“Ice cream? Asikkk, ma.makasih ya kak. Mei
sa..sa..sayang kakak” jawab Meyla senang
“Mbok, nitip Mei ya jangan sampe dia keluar rumah”
kata Raisa dengan simbok di depan pintu rumah
Raisa dan Ryan akhirnya sampai di pesta ulang tahun
Meyla. Mereka bersenang-senang di pesta itu.
.....
Tanpa
sengaja Mei lewat di kamar Raisa dan melihat kado yang tertinggal di kamar
Raisa. Mei cepat-cepat mengambil kado itu dan mengantar ke Californaia Cafe.
Cafe itu tidak jauh dari rumah Raisa.
Beruntung saat itu Mei
mendengar Raisa pamit dengan simbok berpamitan pergi ke California Cafe.
Saat itu Mei sampai di
pesta dan masuk dengan terburu-buru. Tanpa sengaja Mei tersandung kabel dan
menjatuhkan banyak barang.
Raisa
kaget dan datang menghampiri Mei.”Kenapa kamu kesini Mei? Kamu mau bikin kakak
malu ya?!” tanya Raisa kesal
“Mei Cu..cuma mau kasih kado ini kak, ta..tadi Mei
liat kado ini di kamar kakak” jawab Mei sedih
Raisa meninggalkan Mei
dan pergi keluar, karena Raisa sangat kesal dan malu. Saat dia keluar lari
tanpa melihat arah tiba-tiba ada mobil melaju kencang akan menabraknya. Sebelum
mobil itu menabrak Raisa, Mei lebih dulu menyelamatkan Raisa, mendorong Raisa
ke pinggar hingga kepala Raisa terbentur batu dengan keras.
Saat itu Mei yang
tertabrak mobil hingga pendarahan luar biasa. Raisa dan Mei dilarikan ke rumah
sakit. Mereka berdua sama-sama lemas dan tidak sadarkan diri.
Orang tua Raisa dan Mei
langsung menuju ke rumah sakit dan meninggalkan pekerjaan mereka diluar kota.
Saat itu dokter
memberitahukan bahwa Raisa akan buta karena kepalanya terbentur batu keras
sekali.
Orang tua Raisa dan Mei
terkejut, tidak menyangka dengan semua yang dialami anaknya. Mereka putus asa
dan hanya bisa menangis.
“Ma.. Mama ja..jangan nangis, Mei di..disini, Ma..kalo
Mei nggak ada nanti, ambil mata Mei buat kakak ya?” kata Mei lirih karena masih
tergulai lemas
“Mei.. kamu nggak boleh ngomong gitu. Kamu dan
kakakmu akan sembuh. Semangat ya nak, mama sayang Mei dan kakak” jawab Mama
sedih
“Mei juga sa..sayang mama dan papa. Tolong ya ma,
ini permintaan Mei, kalo Mei nggak ada nanti, tolong mata Mei donorkan untuk
kakak, Mei sa..sayang kakak.Mei pengin kakak bisa melihat” jawab Mei
Tak
lama, detak Mei tiba-tiba terhenti dan akhirnya Mei meninggal karena pendarahan
yang luar biasa itu. Mama dan Papa panik dan segera memanggil dokter.
Mereka
sudah pasrah dan setuju dengan permintaan Mei yang mendonorkan matanya untuk
kakaknya.
Lalu
segera dilakukan operasi saat itu juga. Beberapa jam kemudian operasi selesai.
Setelah
membuka perban, akhirnya perlahan-lahan Raisa membuka mata dan Raisa senang
akhirnya bisa melihat lagi.
“Ma..Pa.. Raisa sudah bisa melihat lagi. Siapa yang
berbaik hati mendonorkan mata untukku? Aku ingin bertemu dengannya Ma..Pa” kata
Raisa dengan sangat senang.
“Raisa.. yang mendonorkan mata itu Mei.. adikmu.
Tapi.. tapi, Mei sudah tidak ada Raisa” jawab Mama dengan terpukul dan sedih
“Apa? Mei? Raisa ingin ketemu Ma.. Ayo antar Raisa
ketempat Mei!” jawab Raisa
Sampai di ruang
jenazah, Raisa sangat sedih. Dia menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan
terhadap adiknya selama ini.
“Mei.. maafkan kakak ya. Kakak tidak bisa menjagamu,
kakak jahat sama kamu selama ini. Kakak akan jaga mata ini Mei, kakak janji.
Kakak sayang sama kamu Mei” kata Raisa menyesal
Beberapa minggu setelah
itu, Raisa masih belum diperbolehkan sekolah dan masih harus istirahat di
rumah. Tiba-tiba Meyla dan Ryan datang kerumah untuk menjenguknya.
“Mey.. Ryan? Kenapa kalian kesini? Kalian tidak malu
punya temen yang adiknya tidak normal? Kata Raisa
“Raisa.. aku sama Ryan nggak malu kok. Kenapa sih kamu
nggak cerita? Kita nggak akan ninggalin kamu kok sa walaupun kamu punya adik
yang kurang sempurna” jawab Meyla
“Iya sa, harusnya kamu bersyukur dengan apa yang
Tuhan kasih ke kamu. Semua ini bisa dijadikan pelajaran untukmu dan juga untuk
kita. Semangat raisa” kata Ryan memberi semangat
“Makasih ya Mey, Yan.. kalian masih mau tetep temenan
sama aku. Aku sayang kalian. End.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar