Kamis, 19 Desember 2013

MAAFKAN AKU



Suasana pagi yang begitu sejuk, udara yang begitu dingin, dan alarm yang berbunyi keras tiba-tiba membangunkanku pagi itu. Seperti biasa aku melakukan aktivitas pagiku dengan bermalas-malasan di atas ranjang empukku ketika hari libur.
Aku beruntung karena aku dilahirkan dalam keluarga yang sangat berkecukupan. Kedua orang tuaku berprofesi sebagai dokter. Orang tuaku sering memanggilku Raisa. Aku mempunyai saudara kandung, dia bernama Mia. Mia adalah adik perempuanku, dia sangat cantik, rambutnya hitam panjang  dan selalu tergerai. Tetapi sayang, dia mengalami kekurangan setelah kecelakaan yang terjadi 2 tahun lalu saat kami sekeluarga akan liburan ke Bandung.

Beruntung karena setelah kecelakaan itu tidak membuat tubuhnya lemah secara fisik hanya saja dia tidak bisa melakukan banyak aktivitas. Mei masih bisa berjalan dan berbicara walaupun terkadang masih suka kesulitan.
          Terkadang aku sering merasa malu dengan keadaan adikku yang seperti itu, bahkan aku tidak pernah memperkenalkan adikku ke teman-temanku.
“Kak..kakak ma.. ma..kan dulu” ucap adikku dengan terbata-bata.
“Kamu brisik banget sih dik! Sana makan sendiri, kakak nggak napsu makan sama kamu!” jawabku marah sambil meninggalkan ruang makan.
          Aku hanya dirumah dengan adikku dan simbok yang membantu pekerjaan kami untuk mengurus segala sesuatu yang kami perlukan. Orang tua kami jarang sekali di rumah karena sering di tugaskan untuk melayani masyarakat di luar kota.
...............
          Bel sekolah sudah berbunyi dan Raisa buru-buru masuk ke kelas. Pelajaran hari ini gurunya ‘killer’ abis dan itu membuat Raisa sangat parno kalo sampai telat di jam pelajaran pertama. Untungnya dia tidak terlambat untuk mengikuti pelajaran.

          Saat istirahat aku melewati koridor sekolah dengan teman dekatku. Dia bernama Meyla.
Saat kami sedang asik mengobrol tiba-tiba  bola basket melambung mengenai kepalaku dengan kerasnya hingga aku tak sadarkan diri.
          1 jam aku tak sadarkan diri di ruang UKS, lalu aku terbangun melihat Meyla dan Ryan yang sedang menunggu dan merawatku.
“Hei, kamu sudah sadar? Kamu tidak apa-apa? Apa perlu aku bawa ke dokter sekarang?” tanya Ryan penuh khawatir.
“Oh.. nggak, aku nggak apa-apa kok. Nggak usah dibawa ke dokter segala” jawab Raisa.
“Ehem ehem..” Meyla pura-pura batuk untuk memecahkan suasana.
Raisa dan Ryan salah tingkah.
“Ya udah, aku balik ke lapangan kalo gitu, kalo masih sakit bilang aja ke aku nanti aku antar ke dokter, ya udah aku duluan ya udah di tunggu sama temen-temen” kata Ryan.

          Jam berlalu begitu cepat dan pelajaran berakhir. Ini yang di tunggu-tunggu Raisa, terlepas dari penat rumus-rumus dan penjelasan membosankan di ruang kelas.
          Seperti biasa,  sampai di rumah Raisa hanya marah-marah dan memperlakukan adiknya dengan tidak baik.
“Kakak ma..mau bermain mo..monopoli denganku? Ayo kak, ayo te..temani adik main”  pinta Mia dengan memelas.
“Minggir kamu, kakak nggak mau main sama kamu! Sana main sendiri” bentak Raisa lalu pergi menuju ke kamar.
Tuhan, aku dosa apa sih kok bisa punya adik seperti itu? Batin Raisa kesal.
Tiba-tiba ponsel Raisa berdering dan di ponsel itu terdapat pesan masuk permintaan maaf dan ajakan untuk dinner sebagai permintaan maaf. Raisa bingung karena nomer itu tidak terdaftar di daftar teleponnya.
Ternyata sms itu dari Ryan yang melempar bola di kepalanya hingga membuat Raisa pingsan di sekolah tadi siang.
“Oh ya, aku bisa kok. Dimana? Jam berapa?” balas Raisa
“Di California Cafe, nanti jam 7 malem. Aku jemput ya?” balas Ryan
          Raisa berpikir panjang saat itu, dia tidak ingin Ryan melihat dan mengetahui tentang adiknya, Mia.
“Nggak usah di jemput, kita ketemuan aja nanti disana” balas Raisa lagi.
“Oh ya udah kalo itu mau kamu. See u” balas Ryan mengakhiri pesan singkat siang itu.
          Jam sudah menunjukkan jam 6 sore, Raisa sibuk berganti-ganti pakaian. Dia ingin tampil berbeda di depan Ryan saat dinner nanti. Lalu tiba-tiba Mia masuk ke kamar Raisa.
“Kak, ka..kakak mau kemana?” tanya Mia penasaran.
“Hei! Kamu ngapain masuk ke kamarku?! Nggak usah sok pengin tau itu bukan urusanmu. Sana keluar!” bentak Raisa dan mendorong adiknya keluar.
....
Setelah dinner malam itu, Ryan dan Raisa semakin dekat hingga akhirnya mereka jadian. Meyla sahabat Raisa juga ikut senang mendengar berita itu.
“Eh sa, nih ada undangan buat kamu. Ntar malem dateng ya ke acara ulang tahunku. Ajak Ryan juga ya” kata Meyla.
“Oke nanti pasti aku dateng sama Ryan” jawab Raisa.
          Siang itu setelah pulang sekolah Raisa cepat-cepat pulang ke rumah untuk membongkar tabungannya. Dia bingung harus memberi kado apa ke Meyla karena saat itu dia kekurangan uang dan kedua orang tuannya juga masih di luar kota, belum memberi uangan bulanan.
Mia bingung melihat Raisa yang membongkar tabungannya itu. Mia mendekati dan bertanya “Apa yang kakak lakukan? Kakak butuh uang? Mia ada uang kak, pa..pake aja uang Mia di tabungan. Uang di tabungan Mia itu juga untuk kakak kalo kakak ulang tahun, jadi kalo mau kakak pake juga tidak apa-apa kan nantinya juga buat kakak”
Wah lumayan juga nih bisa buat nambahin uangku yang ada di tabungan untuk membeli kado. Batin Raisa
“Ya udah sini mana uangmu. Kakak pinjem dulu.. nanti kalo kakak udah punya uang kakak ganti” jawab Raisa
Akhirnya Mia meminjami uangnya dan Raisa bisa membeli kado untuk Meyla.
Ryan sudah siap di depan rumah Raisa untuk berangkat ke ulang tahun Meyla.
Raisa menghampiri adiknya yang sedang bermain boneka.
“Dek, kamu disini aja. Jangan keluar-keluar, diluar ada temen kakak. Nanti kalo udah pulang kakak beliin kamu ice cream” kata Raisa.
“Ice cream? Asikkk, ma.makasih ya kak. Mei sa..sa..sayang kakak” jawab Meyla senang
“Mbok, nitip Mei ya jangan sampe dia keluar rumah” kata Raisa dengan simbok di depan pintu rumah

Raisa dan Ryan akhirnya sampai di pesta ulang tahun Meyla. Mereka bersenang-senang di pesta itu.
.....
          Tanpa sengaja Mei lewat di kamar Raisa dan melihat kado yang tertinggal di kamar Raisa. Mei cepat-cepat mengambil kado itu dan mengantar ke Californaia Cafe. Cafe itu tidak jauh dari rumah Raisa.
Beruntung saat itu Mei mendengar Raisa pamit dengan simbok berpamitan pergi ke California Cafe.
Saat itu Mei sampai di pesta dan masuk dengan terburu-buru. Tanpa sengaja Mei tersandung kabel dan menjatuhkan banyak barang.
          Raisa kaget dan datang menghampiri Mei.”Kenapa kamu kesini Mei? Kamu mau bikin kakak malu ya?!” tanya Raisa kesal
“Mei Cu..cuma mau kasih kado ini kak, ta..tadi Mei liat kado ini di kamar kakak” jawab Mei sedih
Raisa meninggalkan Mei dan pergi keluar, karena Raisa sangat kesal dan malu. Saat dia keluar lari tanpa melihat arah tiba-tiba ada mobil melaju kencang akan menabraknya. Sebelum mobil itu menabrak Raisa, Mei lebih dulu menyelamatkan Raisa, mendorong Raisa ke pinggar hingga kepala Raisa terbentur batu dengan keras.
Saat itu Mei yang tertabrak mobil hingga pendarahan luar biasa. Raisa dan Mei dilarikan ke rumah sakit. Mereka berdua sama-sama lemas dan tidak sadarkan diri.
Orang tua Raisa dan Mei langsung menuju ke rumah sakit dan meninggalkan pekerjaan mereka diluar kota.
Saat itu dokter memberitahukan bahwa Raisa akan buta karena kepalanya terbentur batu keras sekali.
Orang tua Raisa dan Mei terkejut, tidak menyangka dengan semua yang dialami anaknya. Mereka putus asa dan hanya bisa menangis.
“Ma.. Mama ja..jangan nangis, Mei di..disini, Ma..kalo Mei nggak ada nanti, ambil mata Mei buat kakak ya?” kata Mei lirih karena masih tergulai lemas
“Mei.. kamu nggak boleh ngomong gitu. Kamu dan kakakmu akan sembuh. Semangat ya nak, mama sayang Mei dan kakak” jawab Mama sedih
“Mei juga sa..sayang mama dan papa. Tolong ya ma, ini permintaan Mei, kalo Mei nggak ada nanti, tolong mata Mei donorkan untuk kakak, Mei sa..sayang kakak.Mei pengin kakak bisa melihat” jawab Mei

          Tak lama, detak Mei tiba-tiba terhenti dan akhirnya Mei meninggal karena pendarahan yang luar biasa itu. Mama dan Papa panik dan segera memanggil dokter.

          Mereka sudah pasrah dan setuju dengan permintaan Mei yang mendonorkan matanya untuk kakaknya.
          Lalu segera dilakukan operasi saat itu juga. Beberapa jam kemudian operasi selesai.
          Setelah membuka perban, akhirnya perlahan-lahan Raisa membuka mata dan Raisa senang akhirnya bisa melihat lagi.
“Ma..Pa.. Raisa sudah bisa melihat lagi. Siapa yang berbaik hati mendonorkan mata untukku? Aku ingin bertemu dengannya Ma..Pa” kata Raisa dengan sangat senang.
“Raisa.. yang mendonorkan mata itu Mei.. adikmu. Tapi.. tapi, Mei sudah tidak ada Raisa” jawab Mama dengan terpukul dan sedih
“Apa? Mei? Raisa ingin ketemu Ma.. Ayo antar Raisa ketempat Mei!” jawab Raisa
Sampai di ruang jenazah, Raisa sangat sedih. Dia menyesal dengan apa yang sudah dia lakukan terhadap adiknya selama ini.
“Mei.. maafkan kakak ya. Kakak tidak bisa menjagamu, kakak jahat sama kamu selama ini. Kakak akan jaga mata ini Mei, kakak janji. Kakak sayang sama kamu Mei” kata Raisa menyesal
Beberapa minggu setelah itu, Raisa masih belum diperbolehkan sekolah dan masih harus istirahat di rumah. Tiba-tiba Meyla dan Ryan datang kerumah untuk menjenguknya.
“Mey.. Ryan? Kenapa kalian kesini? Kalian tidak malu punya temen yang adiknya tidak normal? Kata Raisa
“Raisa.. aku sama Ryan nggak malu kok. Kenapa sih kamu nggak cerita? Kita nggak akan ninggalin kamu kok sa walaupun kamu punya adik yang kurang sempurna” jawab Meyla
“Iya sa, harusnya kamu bersyukur dengan apa yang Tuhan kasih ke kamu. Semua ini bisa dijadikan pelajaran untukmu dan juga untuk kita. Semangat raisa” kata Ryan memberi semangat
“Makasih ya Mey, Yan.. kalian masih mau tetep temenan sama aku. Aku sayang kalian. End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar