Kamis, 19 Desember 2013

PARIS



Pagi itu, pesawat tiba di bandar udara Charles de Gaulle, Paris. Musim dingin telah tiba, ini adalah kali pertamaku di kota Paris saat musim dingin. Suasana di bandar udara cukup ramai, udara terasa sangat dingin hingga merasuk terasa hingga ke tulang. Orang-orang membaluti tubuhnya dengan beanies, syal, sweater, jaket, sepatu boot dan sebagainya agar tubuhnya terasa hangat.


Saat itu aku berjalan sangat terburu-buru untuk mempersingkat waktu. Tanpa sengaja aku menabrak seseorang hingga barang-barangku dan barang-barangnya terjatuh.
Dengan cepat aku mengambilnya dan segera meminta maaf.
“Excusez-moi monsieur”
“Oui, ce n’est rien”
Setelah kejadian itu, aku cepat-cepat membereskan barangku yang terjatuh dan segera pergi tanpa memperdulikan orang itu berbicara dan memanggilku. Aku tidak sadar ternyata syalku terjatuh dan tertinggal saat aku bertabrakan dengan orang itu.
Pria itu bertubuh tinggi, berkulit putih, wajahnya juga cukup menarik.
....
          Hari pertama di Paris, aku sudah siap dengan kameraku untuk memotret tiap sudut keindahan kota ini. ‘Kota Cinta’.. kota yang diinginkan banyak orang di dunia dan aku beruntung bisa berada disini sekarang.
Travelling adalah hobiku sejak aku duduk di bangku SMA dan menjadi kebiasaan hingga sekarang.
Tujuanku datang ke ‘Kota Cinta’ ini tidak hanya untuk travelling tetapi juga untuk bertemu dengan seseorang yang penting dalam hidupku. Aku jarang bertemu dengannya karena jarak negara yang mempersulit kita untuk bertemu. Dia seorang designer sukses yang bekerja di Paris. Kami jarang mengobrol karena kesibukan masing-masing.
Aku berharap bisa punya banyak waktu dengan dia disini dan aku akan menikmati indahnya kota ini bersamanya dengan kamera yang dibelikannya saat aku ber ulang tahun beberapa bulan yang lalu.



Notre Dame de Paris, sebuah tempat dimana banyak dikunjungi wisatawan saat liburan di kota Paris. Tempat ini adalah katedral berasitektur gothic di sebelah timur Île de la Cité di Paris, dengan pintu masuk utama di barat. Ini tempat pertama yang aku kunjungi.
Dengan sigap aku memotret sudut-sudut gedung, karena terlalu asik memotret tanpa memperdulikan sekitar, aku tidak sengaja menabrak seseorang di sampingku.
“Excusez-moi monsieur”
“Bientot, vous etes a l’aerport quand il n’est pas?”
“Oui, madam. Oui, je vous apporte une echarpe. Temps a ete laisse a l’aeroport”
“Merci beaucoup monsieur”
Tiba-tiba ponselku berbunyi, dan akhirnya aku cepat-cepat pergi tanpa berkata apapun lagi dengan orang itu.
.....
Aku bergegas menuju apartment yang berada di pusat kota Paris, tak jauh dari Paris Notre-Dame.
“Kenapa kamu menelponku tadi?”
“Nggak apa-apa sih hehe iseng aja biar aku ada temen ngobrol disini” kata Natasya menyeringai
“Buset dah, aku kira ada hal penting buat diomongin gitu. Ya udah deh aku balik aja” kataku kesal
“Ya ampun Chel, tega banget sih! Sama sahabat sendiri juga. Oh ya, kamu kesini ngapain chel? Jangan bilang kalo kamu mau nemuin dia ya.” kata Natasya sadis
Natasya adalah sahabatku SMA, aku sangat dekat dengannya. Dia meneruskan kuliah di Paris demi mewujudkan cita-citanya menjadi seorang fashion designer. Wajar kalo Natasya agak kesal karena aku akan menemui Daniel. Daniel, dia adalah orang terpenting dalam hidupku, walaupun dia sering mengecewakanku tetapi aku sangat sayang padanya. Daridulu Natasya tidak menyukai Daniel karena alasan ‘cowok yang tidak bisa memberikan kepastian.’
“Yayaya.. aku tau sya, sulit buatku buat nggak deket-deket sama dia. Aku menyanyanginya sya” kataku memelas.
“Achel..achel. Terserah deh, aku capek ngomongin kamu. Jangan sampai menyesal ya, yang penting aku udah nasehatin kamu” jawabku malas


Ini adalah hari keduaku di kota Paris. Kali ini aku tidak sempat membuat sarapan pagi karena bangun kesiangan. Aku memutuskan untuk sarapan pagi di Mougins. Mougins terletak di kota selatan Perancis. Restoran ini banyak dikunjungi karena letaknya yang nyaman.
Tiba-tiba seseorang mendekatiku dan duduk bersamaku. Ternyata orang itu yang bertemu denganku di bandar udara.
“Comment t’appelles tu?” tanyanya
“Je m’appelle Rachael. Communement appele Achel”
“Enchante de faire votre connaissance. Je m’appelle Michelo, communement appele Chelo. Ou venez-vous?”
“Je viens d’Indonesie” jawabku
“Ternyata kamu orang Indonesia juga? Ngomong kek daritadi kan aku jadi nggak repot-repot ngomong perancis” kata Chelo
Ternyata ‘orang kebetulan’ di bandar udara itu juga berasal dari Indonesia. Dia juga travelling di kota Paris.
Senja mulai menyelimuti kota Paris, sudut-sudut kota nampak elok dengan lampu-lampu terang yang menerangi jalan-jalan di kota Paris. Hingga saat ini aku masih menunggu kabar dari Daniel yang belum juga memberi kabar atau mengajak untuk ketemuan. Tak lama Achel menerima pesan singkat dari Daniel, Daniel mengajaknya untuk bertemu esok hari. Achel nampak senang menerima pesan singkat itu.
...
Esok hari di Sacre-Couer, yang terletak di titik tertinggi kota bukit Montmartre, basilika yang menakjubkan dengan arsitektur marmer dan interior yang cantik sangat menarik untuk pertemuan pertama kita di Kota Paris ini. Aku dan Daniel bertemu. Aku sangat rindu padanya. Kita berbicara banyak hal hingga akhirnya di tengah kita mengobrol ponsel Daniel berbunyi dan dia harus bergegas kembali ke kantor untuk meeting. Achel nampak kesal karena daridulu ini yang menjadi penghambat hubungannya dengan Daniel. Mereka jarang bisa lama mengobrol, mereka hanya bisa komunikasi lewat ponsel, itu saja jarang di balas Daniel karena dia sibuk.
Untuk menghilangkan kekecewaannya, Achel pergi ke Louvre yang terletak di Istana Louvre dengan tanda tangan kaca piramida menandai pintu masuknya. Achel memotret bagian yang terlihat indah. Di Louvre dia bertemu kembali dengan Michelo. Entah kenapa Achel bertemu dengannya setiap dia pergi ke suatu tempat. Ini memang aneh. Akhirnya mereka mengobrol lama.
Achel menceritakan apa yang dialaminya saat kejadian bersama Daniel tadi. Tanpa sungkan Michelo juga menceritakan tujuannya untuk datang ke kota Paris ini. Ternyata Rachael dan Michelo mempunyai tujuan yang sama, yaitu bertemu dengan seseorang yang ‘special’ di kota Paris ini.
“Aku ingin menemui Martha, dia dulu seseorang yang terpenting dalam hidupku. Aku kesini ingin bertemu dengannya. Entah kapan kita bisa bertemu dan kembali seperti dulu” kata Michelo
“Terus kenapa kamu putus sama dia kalo kamu masih sayang?” tanya Achel penasaran
“Dia ingin kuliah disini. Aku tidak bisa menjalin hubungan jarak jauh antar negara terus aku meminta mengakhiri hubungan kita” jawabku dengan agak menyesal
Entah kenapa achel merasa nyaman saat berada di dekat Michelo. Rasa nyaman ini tidak pernah dia rasakan saat bersama dengan Daniel. Michelo dan Achel seperti sudah mengenal lama hingga mereka sering sharing.
Daniel tidak pernah mengetahui kalo Achel sering pergi bersama dengan orang lain, dengan Michelo tentunya. Lagian kalo akhirnya nanti Daniel mengetahui, Achel akan berkata bahwa kita hanya teman yang kebetulan bertemu di bandar udara karena syalku yang tertinggal saat bertabrakan dengannya.
Setelah kejadian itu, Achel dan Michelo sering bertemu dan jalan-jalan bersama di kota Paris. Keadaan ini membuat Achel lupa dengan Daniel. Saat Achel dan Michelo makan siang tiba-tiba ponsel Achel berbunyi, pesan masuk dari Daniel yang mengajak Achel bertemu nanti malam di Montmartre. Monmartre adalah sebuah bukit, spot terindah, tercantik, dan teromantis di Kota Paris.
“Chelo, akhirnya Daniel ngajak aku ketemuan nih nanti malem di Montmartre. Akhirnya” kata Achel girang
“Oh ya? Bagus deh kalo gitu Chel” jawab Chelo
...
Di tengah gemerlapnya kota Paris. Bintang yang saat itu memberikan cahaya terang membuat suasana di Bukit Monmartre nampak sangat romantis. Achel terkejut karena Daniel melamarnya di Bukit Monmartre, Bukit romantis di kota Paris. Achel merasa senang karena dia bisa mendapat pasangan yang sudah mapan, menjamin untuk masa depannya kelak.
...
Le Meurice, sebuah restoran mewah dengan lantai mosaik, lampu kristal dan jendela yang menghadap ke Taman Tuileries memberikan kenyamanan tersendiri untuk Michelo. Setiap malam Michelo selalu ke restoran ini. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa cemburu saat Achel pergi dengan Daniel malam ini. Rasa itu tiba-tiba menyelimutinya dan membuatnya kesal padahal baru beberapa hari Michelo bersama Achel. Michelo merasa nyaman ketika berada di dekat Achel, dia seperti tidak ingin kehilangan Achel. Dia sendiri juga bingung dengan perasaannya.
Haduh chelo, lupakan.. lupakan. Nggak mungkin kan kamu suka sama dia, dia juga nggak mungkin suka sama kamu, baru juga kenal lagian dia udah punya cowok” batinnya
Tanpa sengaja Michelo bertemu dengan Martha di restoran.Kedatangan Marta secara tiba-tiba itu membuyarkan kegalauannya tentang Achel. Martha yang selama ini menjadi bagian dalam hidupnya. Dengan cepat Michelo menghampiri Martha.
“Martha, aku nggak nyangka bisa tanpa sengaja ketemu kamu disini. Gimana kabarmu? Aku merindukanmu Martha, aku ingin kita kembali seperti dulu”
 “Eh.. hai Michelo, aku juga nggak nyangka bisa ketemu kamu disini setelah beberapa tahun kita nggak ketemu. Aku juga merindukanmu Chelo, tapi aku tidak bisa kembali lagi seperti dulu. Minggu depan aku akan tunangan” jawab Martha
Setelah pernyataan itu diungkapkan Martha, Chelo shock dan memutuskan untuk keluar dari restoran tersebut. Michelo tidak menyangka Martha cepat melupakan semuanya.
Saat keluar dari restoran, Michelo melihat Achel yang menangis di dekat restoran . Dengan cepat Michelo menghampiri Achel.
Di dalam perjalanan mereka hanya diam. Untuk memecahkan suasana, Chelo mengajak Achel pergi ke menara Eiffel.
“Kamu bisa teriak sepuasmu disini. Teriaklah... Itu akan membuatmu lebih lega” kata Chelo
Chelo dan Achel teriak bersama. Sesaat setelah teriak di kesunyian, mereka tertawa lepas. Michelo selalu menghiburnya ketika Achel sedih. Mereka duduk dibangku dekat Menara Eiffel melihat awan gelap yang dihiasi bintang-bintang. Mereka saling bercerita, Achel yang dikecewakan Daniel lagi karena saat dinner tiba-tiba Daniel harus pergi untuk meeting sedangkan Chelo yang kecewa karena orang yang dia sayangi dulu akan tunangan minggu depan.
Tiba-tiba sesaat setelah mereka bercerita..
“Chel, kamu boleh meminjam bahuku. Menangislah..” kata Michelo
Nggak ngerti kenapa Michelo mengatakan itu. Achel memilih untuk diam dan tidur di bahu Chelo.
Achel tidak pernah mendapatkan perlakuan ini dari Daniel. Perlakuan yang bisa membuat hatinya nyaman dan tenang.

Sesaat setelah itu, Michelo mengantarkan Achel kembali ke apartment karena dia tidak mungkin membiarkan Achel berjalan sendirian di tengah malam seperti ini.
“Makasih ya Chelo, udah nganterin aku sampai depan apartment”
“Iya sama-sama Chel”
Tiba-tiba Michelo mengecup kening Achel. Kejadian itu terjadi begitu saja. Tanpa mengatakan apapun lagi setelah kejadian tiba-tiba itu Michelo cepat-cepat berpamitan dan pergi meninggalkan Achel.
Achel menangis di atas ranjangnya, ternyata dia juga seperti Michelo. Dia merasa ada kecemburuan ketika Michelo berharap kembali dengan masa lalunya, Martha..
Dia mungkin tidak sadar aku cemburu, dia mungkin tidak merasa aku sangat terluka, tidak mendengar hatiku sedang menangis” kata Achelsembari merebahkan tubuh di kasur empuknya.
Bodoh kamu Chel, sayang sama orang yang baru aja kamu kenal. Kamu kan udah punya Daniel, kenapa harus merasa sayang sama Michelo.” batin Achel
...
Michelo dan Achel sering pergi bersama tetapi mereka tidak pernah mengungkapkan perasaan mereka. Mereka menyimpan perasaan mereka masing-masing. Jadi selama ini mereka hanya merasa sebatas teman.
...

Setelah kejadian malam itu, Chelo sudah melupakan semua tentang Martha. Sekarang yang ada dipikirannya hanya Achel.
Di Apartment..
“Bro! Aku kenal sama seseorang beberapa hari lalu dan kita sering pergi bareng. Entah kenapa aku ngerasa nyaman banget kalo deket dia, aku takut kehilangan dia” kata Chelo kepada sahabatnya Edwin
“Itu namanya jatuh cinta bro! Nah si Marta begimana tuh nasibnya? Tanya Edwin ngelantur
“Ah aku udah nggak mikirin Martha lagi, dia mau tunangan minggu depan. Heran aja, dia cepet banget lupain aku win” kata Chelo
“Yaelah, sabar ya bro. Sekarang kejar aja cintamu sama Achel tuh” kata Ewdin memberi saran
“Tapi dia mau menikah dengan Daniel” jawab Chelo pasrah
“Kalo cinta nggak kemana, kalo dia jodohmu pasti akan sama kamu kok. Semangat!” jawab Edwin memberi semangat kepada sahabatnya
Hari ini adalah hari terakhir Achel di Paris. Sebenarnya Chelo sangat sedih berpisah dengan Achel. Orang yang bisa membuat hatinya merasa nyaman. Achel juga sedih karena harus berpisah dengan Chelo, orang yang bisa membuatnya tenang dan nyaman. Di saat terakhir Chelo hanya bisa memberikan cicin untuk Achel di depan Menara Eiffel. Menara Eiffel tidak lagi menjadi tempat romantis karena ditempat ini Achel terakhir bertemu dengan Chelo.
Beberapa bulan kemudian Achel sudah berada di Indonesia. Dia sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan Daniel. Achel sudah tidak pernah lagi bertemu dan berkomunikasi dengan Chelo.
Daniel masih Paris untuk menyelesaikan pekerjaannya. Achel senang karena beberapa hari lagi akan menikah dengan Daniel.Semua persiapan pernikahan Achel yang mengurus karena Daniel masih sibuk dengan pekerjaannya.
“Sya, aku seneng nih bentar lagi bakal jadi Nyonya Daniel, hahaha” kata Achel riang
“Ya udah deh, itu pilihan kamu ya. Aku udah jadi sahabat yang baik buat kamu, udah kasih nasehat kalo dia nggak pantes buat kamu tapi kalo kamu seneng ya aku ikut seneng” jawab Natasya.
Setelah beberapa hari mendekati hari pernikahan banyak kendala yang dialami Achel.
Achel heran banyak sekali barang-barang yang di kirim dari Paris untuk pernikahannya padahal selama ini Daniel bilang kalo dia sibuk dan tidak sempat pergi membeli apapun untuk pernikahan.
Lalu Achel menghampiri asisten Daniel yang kebetulan saat ini dia berada di Indonesia.
“Aku pengen tau, siapa yang beliin barang-barang ini. Daniel sendiri yang beli?” tanyaku
“Nggak tau bu, Bapak Daniel yang membeli sendiri” jawab asisten Daniel
“Kamu jujur aja, tenang aja aku nggak akan bilang ke Daniel kok” desak Achel
“Iya bu, itu semua saya yang membeli dan mengirim”
Mendengar itu semua Achel nampak kesal dan kecewa. Tanpa basa basi dia langsung menelpon Daniel dan membatalkan pernikahan. Achel nggak ingin mempunyai pasangan hidup yang hanya mementingan pekerjaan dan tidak memperdulikannya. Daniel terlalu sibuk dan selama ini Achel juga tidak pernah merasa ‘nyaman’ saat berada di dekat Daniel. Achel hanya merasa nyaman dan tenang saat berada di dekat Chelo.
....
Di kamar Natasya..
“Maafin aku ya sya, aku nggak dengerin kata-katamu selama ini” kata Achel
“Gpp chel yang penting sekarang kamu udah sadar, dan kamu udah pilih keputusan yang terbaik menurutmu. Kamu layak buat dapetin pasangan yang terbaik Chel, kamu juga layak buat dapet kepastian dari seseorang yang bener-bener mau serius sama kamu” kata Natasya memberi kelegaan
...
Beberapa bulan setelah kejadian itu. Achel menjalankan aktivitas seperti biasanya dan dia sudah bisa melupakan tentang pernikahannya bersama Daniel.
Achel memutuskan untuk kembali liburan di Paris. Di tempat ini dulu Achel terakhir bertemu dengan Michelo. Dia menikmati suasana di sekitar Menara Eiffel. Seperti biasanya dia memotret bagian sudut elok yang tertangkap di kacamata kameranya.
Tanpa sengaja Achel memotret seseorang yang sepertinya tidak asing untuknya. Setelah Achel tanpa sengaja menghampiri ternyata dia adalah Michelo, sosok yang bisa membuatnya merasa ‘nyaman’. Entah sedih atau senang yang harus ditunjukkan Achel terhadap Michelo.
Mereka saling bertatap muka tanpa berbicara sedikit pun.
“Eh.. hai Achel. Gimana kabarmu sekarang? Senang bisa bertemu lagi denganmu disini. Kamu lagi ngapain disini?” tanya Chelo memecah keheningan diantara mereka
“Hai Chelo, kabarku baik-baik aja kok. Biasalah, travelling lagi hehe” jawab Achel dengan salah tingkah
“Oh ya, gimana pernikahanmu dengan Daniel?Aku ikut senang akhirnya kamu bisa nemuin pasangan hidup yang pas” kata Chelo
“Nggak ada pernikahan antara aku dengan Daniel. Aku membatalkan pernikahanku dengannya” jawabku singkat sembari memotret menara
“Kamu batal menikah? Kenapa Chel?” tanya Chelo terkejut
“Iya, aku nggak pingin punya pasangan yang nggak bisa ngasih kepastian. Nggak pingin punya pasangan yang sibuk dengan pekerjaannya hingga tidak memperdulikanku, lagian aku nggak merasa nyaman dengannya” jelasku
“Kamu gimana? Udah punya pasangan?” tanyaku balik
“Aku masih sendiri sekarang Chel” jawabku singkat
Setelah percakapan itu mereka sibuk dengan kamera masing-masing memotret indahnya menara Eiffel di malam hari.
“Chel, aku pengen ngomong jujur sama kamu”
“Ngomong aja lo”
“Chel, sebenernya aku sayang sama kamu. Aku ngerasa nyaman kalo aku ada di dekatmu. Sejak kita bertemu di bandara dan jalan-jalan bersama di Paris, aku udah sayang sama kamu, aku nggak pingin kehilangan kamu. Aku pingin kamu jadi bagian dalam hidupku Chel” kata Chelo
“Lo.. kenapa sih kamu nggak jujur daridulu? Aku nunggu kamu ungkapin itu semua lo tapi kamu nggak pernah ungkapin itu semua ke aku, kamu juga nggak ngasih kepastian yang jelas buat aku” jawab Achel
“Waktu itu kamu masih sama Daniel, aku lebih baik mengalah dan menyimpan rasa ini dalam-dalam.” Jawab Chelo
“Kamu bodoh Chelo! Aku sayang sama kamu lo, aku ngerasa nyaman dan nggak pingin kehilangan kamu. Aku pingin jadi bagian dalam hidupmu lo! Jawab Achel dengan menangis
Akhirnya Michelo memeluk Achel dan semuanya menjadi jelas sekarang. Michelo dan Achel saling menyanyangi dan memberikan kenyamanan satu sama lain. Di tempat ini.. Menara Eiffel, Achel akhirnya menemukan pasangan hidup terbaiknya, yaitu Michelo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar