Sawah sepertinya sudah menjadi keseharianku untuk bekerja.
Pekerjaan bertani sangat jauh dengan kemewahan, kalau di pikir-pikir hasil dari
bertani juga tidak seberapa.
Aku mempunyai 10 orang anak dan semuanya masih duduk di
bangku sekolah. Aku tinggal di rumah yang sederhana, jauh dari kata mewah.
Setiap hari aku jalani kehidupan sendiri tanpa seorang suami. Suamiku
meninggalkanku tanpa alasan dan hingga sekarang tidak pernah kembali untuk menemuiku
dan juga tidak pernah memberi kabar atau pun nafkah.
Aku bekerja keras banting tulang untuk menghidupi ke 10
anakku. Harapanku, aku hanya ingin supaya hidup anakku lebih nyaman daripada
apa yang aku jalani sekarang.
Aku melarang keras anak-anakku bekerja, aku hanya ingin
supaya anakku fokus dengan sekolah. Beruntung, sekolah ini tidak pernah di
pungut biaya.
Aku bekerja sebagai petani tiap paginya, setelah selesai
bertani aku melanjutkan pekerjaan sampinganku. Aku sering membuat berbagai
kerajinan dari anyaman. Menjualnya berkeliling dari rumah ke rumah. Terkadang
aku merasa lelah dan tidak sanggup karena hanya aku sendiri yang bekerja.
Tetapi anak-anakku lah yang selalu memberikan aku motivasi untuk selalu bekerja
dan tidak mudah menyerah dengan keadaan apapun yang aku alami.
Hasil kerajinanku terkadang hanya terjual 2-3 buah. Harga
kerajinan anyamanku seharga Rp 20.000,- tapi terkadang masih saja ada orang
yang membeli dan menawarnya lagi.
Aku tidak memprotes orang yang selalu menawar barang yang aku
jual, aku menerima semuanya dengan ikhlas, karena aku tau berkat Tuhan pasti
selalu ada untukku.
Hari ini hanya Rp 10.000,- saja yang aku dapat dari hasil menjual
kerajinan anyamanku. Belum ada hasil dari bertani karena belum masa panen.
.....
Siang hari aku memutuskan untuk pulang ke rumah karena pasti
anak-anakku sudah menunggu.
Setelah sampai di rumah, aku bertemu dengan anak-anak. Selalu
kucium dan kupeluk mereka semua.
“Bu, hari ini kita makan apa?”
Pertanyaan dari salah seorang anakku itu cukup membuat aku
sangat sedih.
“Ehm..makan nasi dulu aja ya nak, Ibu belum bisa membeli lauk
pauk. Ibu janji kalau sudah ada uang banyak, Ibu akan membelikan makanan yang
enak-enak” kataku mengibur anakku yang sempat sedih
........
Lalu kita makan siang seadanya, hanya dengan nasi saja.
Terkadang aku selalu ingat kita tidak pernah makan selama beberapa hari karena
tidak ada uang dan hasil kerajinan anyamanku tidak ada yang membeli.
Karena merasa iba, terkadang sampai tetangga selalu memberi kami
sedikit makanan.
Tiba-tiba Andre bertanya kepadaku, membuyarkan lamunanku.
Andre adalah anak pertamaku.
“Ibu, bolehkan aku bekerja membantu Ibu? Aku tidak ingin
melihat Ibu susah membanting tulang demi mencukupi kebutuhan. Aku bisa
membantumu Ibu” katanya pelan
“Tidak usah Andre, Ibu bisa kok bekerja sendiri. Kamu fokus saja ke sekolahmu. Tidak usah memikirkan dan mengkhawatirkan Ibu, Ibu tidak apa-apa kok nak” jawabku dengan menahan air mata
“Tidak usah Andre, Ibu bisa kok bekerja sendiri. Kamu fokus saja ke sekolahmu. Tidak usah memikirkan dan mengkhawatirkan Ibu, Ibu tidak apa-apa kok nak” jawabku dengan menahan air mata
.......
Waktu sudah malam, semuanya sudah
tertidur. Hanya aku yang masih terjaga, lalu aku membuka tabunganku.
“Tinggal
sedikit lagi” batinku dalam hati
Aku terus bekerja dan bekerja, aku
mencoba untuk tidak mengeluh dan menjalani semuanya dengan penuh sukacita.
.....
Hingga suatu hari uang sudah
terkumpul. Aku ingin gunakan uang ini untuk membangun sebuah Gereja.
Andre lalu datang menghampiriku
dengan sedikit kesal.
“Ibu, kenapa uangnya digunakan untuk
membangun Gereja? Apa Ibu tahu bahwa kita ini kekurangan?” tanyanya dengan
kesal
“Ibu tahu nak, tenanglah. Apa yang
kita dapat semua ini dari Tuhan dan semua juga di kembalikan sama Tuhan. Ibu
ingin mempersembahkan semua rejeki yang Ibu miliki ini untuk Tuhan karena semua
ini juga berasal dari Tuhan”
“Tapi bu...”
“Tidak apa-apa nak, Tuhan selalu beserta kita, Dia tidak akan
membiarkan kita kekurangan walaupun kita hidup kekurangan. Tuhan mengasihi kita”
Andre menangis bahagia, dia lalu mengerti dengan apa yang
disampaikan Ibunya. Andre memeluk Ibunya.
“Ibu, aku bangga memiliki Ibu sepertimu. Aku mencintaimu bu”
Lalu pada akhirnya uang itu disumbangkan untuk membangun dan
memperbaiki sebuah Gereja. Sekarang Gereja itu sudah berdiri kokoh, dan indah.
Andre dan Ibunya terharu melihat semuanya itu.
...........
Tiba-tiba pengurus Gereja mendatangi Ibu dan mengajak ngobrol
di salah satu ruang Gereja.
“Bu, karena
Ibu sudah menyumbangkan uang untuk pembangunan Gereja, kami sudah menyiapkan
rumah untuk Ibu dan anak-anak Ibu, ini sebagai rasa terima kasih” kata Bapak
pengurus Gereja
“Puji Tuhan..tapi saya melakukan ini
dengan ikhlas” jawabku
“Ya sudah, di terima ya Bu, tidak
boleh di tolak karena ini berkat dari Tuhan”
Akhirnya Andre dan Ibunya hidup di rumah baru yang lebih baik
dan hidup penuh dengan sukacita.
“Tuhan tidak pernah
membiarkan kita sendiri saat kita berada dalam pergumulan atau pun kesusahan.
Tuhan selalu beserta kita senantiasa, Dia mengasihi kita lebih dari apapun.
Lakukan segala sesuatunya untuk Tuhan!” Kolose 3:23-24..Tuhan memberkati :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar