Kamis, 06 Maret 2014

Semua untuknya :)



Sawah sepertinya sudah menjadi keseharianku untuk bekerja. Pekerjaan bertani sangat jauh dengan kemewahan, kalau di pikir-pikir hasil dari bertani juga tidak seberapa.

Aku mempunyai 10 orang anak dan semuanya masih duduk di bangku sekolah. Aku tinggal di rumah yang sederhana, jauh dari kata mewah. Setiap hari aku jalani kehidupan sendiri tanpa seorang suami. Suamiku meninggalkanku tanpa alasan dan hingga sekarang tidak pernah kembali untuk menemuiku dan juga tidak pernah memberi kabar atau pun nafkah.

Aku bekerja keras banting tulang untuk menghidupi ke 10 anakku. Harapanku, aku hanya ingin supaya hidup anakku lebih nyaman daripada apa yang aku jalani sekarang.

Aku melarang keras anak-anakku bekerja, aku hanya ingin supaya anakku fokus dengan sekolah. Beruntung, sekolah ini tidak pernah di pungut biaya.

Aku bekerja sebagai petani tiap paginya, setelah selesai bertani aku melanjutkan pekerjaan sampinganku. Aku sering membuat berbagai kerajinan dari anyaman. Menjualnya berkeliling dari rumah ke rumah. Terkadang aku merasa lelah dan tidak sanggup karena hanya aku sendiri yang bekerja. Tetapi anak-anakku lah yang selalu memberikan aku motivasi untuk selalu bekerja dan tidak mudah menyerah dengan keadaan apapun yang aku alami.

Hasil kerajinanku terkadang hanya terjual 2-3 buah. Harga kerajinan anyamanku seharga Rp 20.000,- tapi terkadang masih saja ada orang yang membeli dan menawarnya lagi.

Aku tidak memprotes orang yang selalu menawar barang yang aku jual, aku menerima semuanya dengan ikhlas, karena aku tau berkat Tuhan pasti selalu ada untukku.

Hari ini hanya Rp 10.000,- saja yang aku dapat dari hasil menjual kerajinan anyamanku. Belum ada hasil dari bertani karena belum masa panen.

.....

Siang hari aku memutuskan untuk pulang ke rumah karena pasti anak-anakku sudah menunggu.

Setelah sampai di rumah, aku bertemu dengan anak-anak. Selalu kucium dan kupeluk mereka semua.

“Bu, hari ini kita makan apa?”

Pertanyaan dari salah seorang anakku itu cukup membuat aku sangat sedih.

“Ehm..makan nasi dulu aja ya nak, Ibu belum bisa membeli lauk pauk. Ibu janji kalau sudah ada uang banyak, Ibu akan membelikan makanan yang enak-enak” kataku mengibur anakku yang sempat sedih

........

Lalu kita makan siang seadanya, hanya dengan nasi saja. Terkadang aku selalu ingat kita tidak pernah makan selama beberapa hari karena tidak ada uang dan hasil kerajinan anyamanku tidak ada yang membeli.

Karena merasa iba, terkadang sampai tetangga selalu memberi kami sedikit makanan.

Tiba-tiba Andre bertanya kepadaku, membuyarkan lamunanku. Andre adalah anak pertamaku.

“Ibu, bolehkan aku bekerja membantu Ibu? Aku tidak ingin melihat Ibu susah membanting tulang demi mencukupi kebutuhan. Aku bisa membantumu Ibu” katanya pelan
            “Tidak usah Andre, Ibu bisa kok bekerja sendiri. Kamu fokus saja ke sekolahmu. Tidak usah memikirkan dan mengkhawatirkan Ibu, Ibu tidak apa-apa kok nak” jawabku dengan menahan air mata

.......

            Waktu sudah malam, semuanya sudah tertidur. Hanya aku yang masih terjaga, lalu aku membuka tabunganku.

            “Tinggal sedikit lagi” batinku dalam hati

            Aku terus bekerja dan bekerja, aku mencoba untuk tidak mengeluh dan menjalani semuanya dengan penuh sukacita.

.....

            Hingga suatu hari uang sudah terkumpul. Aku ingin gunakan uang ini untuk membangun sebuah Gereja.

            Andre lalu datang menghampiriku dengan sedikit kesal.

            “Ibu, kenapa uangnya digunakan untuk membangun Gereja? Apa Ibu tahu bahwa kita ini kekurangan?” tanyanya dengan kesal

            “Ibu tahu nak, tenanglah. Apa yang kita dapat semua ini dari Tuhan dan semua juga di kembalikan sama Tuhan. Ibu ingin mempersembahkan semua rejeki yang Ibu miliki ini untuk Tuhan karena semua ini juga berasal dari Tuhan”

“Tapi bu...”

“Tidak apa-apa nak, Tuhan selalu beserta kita, Dia tidak akan membiarkan kita kekurangan walaupun kita hidup kekurangan. Tuhan mengasihi kita”

Andre menangis bahagia, dia lalu mengerti dengan apa yang disampaikan Ibunya. Andre memeluk Ibunya.

“Ibu, aku bangga memiliki Ibu sepertimu. Aku mencintaimu bu”

Lalu pada akhirnya uang itu disumbangkan untuk membangun dan memperbaiki sebuah Gereja. Sekarang Gereja itu sudah berdiri kokoh, dan indah.

Andre dan Ibunya terharu melihat semuanya itu.

...........

Tiba-tiba pengurus Gereja mendatangi Ibu dan mengajak ngobrol di salah satu ruang Gereja.

“Bu, karena Ibu sudah menyumbangkan uang untuk pembangunan Gereja, kami sudah menyiapkan rumah untuk Ibu dan anak-anak Ibu, ini sebagai rasa terima kasih” kata Bapak pengurus Gereja

            “Puji Tuhan..tapi saya melakukan ini dengan ikhlas” jawabku

            “Ya sudah, di terima ya Bu, tidak boleh di tolak karena ini berkat dari Tuhan”

Akhirnya Andre dan Ibunya hidup di rumah baru yang lebih baik dan hidup penuh dengan sukacita.

“Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendiri saat kita berada dalam pergumulan atau pun kesusahan. Tuhan selalu beserta kita senantiasa, Dia mengasihi kita lebih dari apapun. 
Lakukan segala sesuatunya untuk Tuhan!” Kolose 3:23-24..Tuhan memberkati :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar