Pagi
ini tidak seperti biasanya, aku
menyambut pagi dengan muka kusut dan malas. Tidak ada semangat untuk hari ini.
Tak ada sepatah katapun terucap saat aku makan pagi bersama kedua orang tuaku.
Aku masih kesal dan belum bisa menerima ke pindahan ini.
Papa di pindah tugaskan di sini
dan kami dengan terpaksa harus ikut dengan papa. Tanpa berpamitan aku langsung
bergegas berangkat ke sekolah menggunakan sepeda. Sepeda ini hadiah dari Papa saat aku ber ulang tahun,
tahun lalu.
.....
Seiring
berjalannya waktu, aku sudah bisa menerima ke pindahan ini. Cukup lama aku bisa
beradaptasi dengan lingkungan baru karena aku bukan tipe orang yang mudah
beradaptasi dengan lingkungan baru.
......
Malam
ini cukup cerah, bintang menerangi langit malam dengan cahaya yang gemerlap dan
nampak cantik.
Setiap
malam aku selalu berada di kamar, ini sudah menjadi tempat favoritku. Aku
habiskan waktuku disini untuk berbagai hal, tentunya juga memandang bintang
dari balkon kamarku.
Saat
sedang asik menatap bintang-bintang di langit, tiba-tiba ada seseorang yang
memanggil namaku. Suaranya terdengar dari depan kamarku.
“Heiiii tasya! Sedang apa kamu disitu?” teriaknya dari
balkon kamarnya
Ternyata yang memanggilku adalah
Tara. Tara adalah tetangga depan rumahku.
“Lagi melihat bintang, kamu ngapain juga malam-malam begini
di balkon?” jawabku juga dengan teriakan
“Aku juga lagi ngeliat bintang nih” jawabnya
Tiba-tiba
Tara mengambil tangga dari kamarnya. Aku bingung, apa yang akan dia lakukan
malam-malam begini dengan tangganya.
Setelah
Tara di bawah, dia mengarahkan tangga itu menuju balkon kamarku.
“Hei kamu mau ngapain pake naik kesini segala?” tanyaku
bingung
“Oh nggak apa-apa kok, aku cuma mau ngobrol aja denganmu.
Ternyata kita sama ya, sama-sama suka ngeliat bintang”
Percakapanku dengan Tara malam ini sangat menarik,
sampai-sampai aku tidak sadar waktu sudah semakin larut.
“Udah sana kamu pulang Tar, nggak enak kalo papa mama dan
tetangga liat kita berduaan gini, ntar di kira kita ngapa-ngapain lagi” kataku
memotong pembicaraan
“Ya deh..aku pulang ya. Good night my shine star”
“Iya nggak usah pake gombal juga, kamu hati-hati ya turunnya”
......
Pagi
ini cukup cerah, kali ini Tasya merasa sangat semangat sekali. Ada sesuatu yang
berbeda dengannya hari ini. Mungkin karena pertemuannya dengan Tara semalam.
Tiba-tiba
Tara sudah berada di ruang tamu, ternyata dia sudah datang lebih awal. Mama
sudah cukup mengenal Tara dengan baik karena Tara adalah anak dari sahabat Mama.
“Pagi Tasya, yuk berangkat ke sekolah” ajak Tara
“Ya udah, yuk kita berangkat”
Kami berangkat menggunakan sepeda.
Aku selalu membonceng Tara karena setiap aku ingin menggunakan sepedaku sendiri
Tara selalu tidak mengijinkan.
...........
Waktu terus berjalan, aku dan
Tara semakin dekat. Aku menganggap Tara sebagai kakak dan aku sangat
menyayanginya.
Setiap kali aku merasa sedih, aku
selalu di hibur Tara. Tara sering memberiku sebuah bunga dan mengajakku ke
rumah pohon hanya untuk supaya melihat aku tersenyum kembali.
Setiap malam aku dan Tara sering
melihat bintang di balkon kamar. Tara tetap menggunakan tangga karena dia tidak
suka menemuiku lewat pintu.
Orang tua kami tentunya tidak
mengetahui kebiasaan kami yang setiap malam selalu melihat bintang dan
mengobrol banyak hal yang tidak penting
hingga larut malam.
............
Keesokan harinya
Sampai tiba-tiba aku mendapat
kabar siang harinya bahwa Tara di larikan ke rumah sakit. Aku sungguh terkejut
dan cepat-cepat menuju ke rumah sakit setelah sekolah usai.
............
Dengan pelan aku membuka pintu
ruangan Tara di rawat. Tara terbaring lemas di atas tempat tidur pasien. Aku
berjalan mendekati Tara dan membiarkan air mataku jatuh perlahan. Entak karena
apa aku tiba-tiba menangis, aku hanya khawati dengan Tara, aku tidak ingin
terjadi sesuatu yang buruk dengannya.
Lalu tiba-tiba Mama Tara
memanggilku dan mengajakku keluar ruangan. Mama Tara mengatakan kepadaku bahwa
Tara mengalami penyakit jantung dan harus di lakukan transplantasi jantung tapi
melihat kondisi Tara yang tidak memungkinkan dokter tidak berani mengambil
tindakan untuk cangkok jantung karena sudah tidak ada harapan dan tinggal
menunggu waktu.
Mendengar hal itu aku langsung
tertunduk lemas, aku tidak tau harus mengatakan apa lagi. Aku tidak bisa menahan air mataku kali
ini, aku langsung menuju ke ruangan Tara, Mama Tara menunggu di luar karena dia
mungkin mengerti apa yang aku rasakan saat ini. Mama Tara juga nampak tak kuasa
menahan air mata, tidak menyangka bahwa ini semua terjadi pada Tara.
Aku duduk di dekat Tara, aku
memegang tangannya begitu erat . Aku menangis di tangan Tara dan mengatakan
bahwa aku sungguh menyanyanginya.
“Tara, terima kasih ya selama ini
sudah ada untukku dan meyanyangiku. Aku tidak akan pernah melupakanmu” kataku
dengan menangis
................
Entah kenapa aku tidak bisa
menganggap Tara lebih, aku menyanyangi Tara hanya sebatas kakak. Kakak yang selalu
ada untukku.
.................
Selang beberapa hari setelah kejadian
itu, aku terbiasa menikmati bintang malam sendiri di atas balkon. Aku merasa
kehilangan sosok Tara, sosok kakak yang selama ini ada untukku, yang selalu
menghiburku dengan bunga lalu mengajakku ke rumah pohon, memboncengkan aku
dengan sepedanya, dan tentunya merindukan melihat bintang malam di atas balkon
ini. Aku tersenyum jika mengingat
kejadian itu. Sekarang aku tidak akan
pernah melihat senyum Tara lagi setiap harinya. Aku sungguh merindukan Tara,
seandainya waktu bisa diulang, tapi aku percaya bahwa Tara sudah bahagia
bersama bintang-bintang cerah di atas langit malam saat ini.
ini bagus
BalasHapusThank you :)
BalasHapus